Rabu, 15 Juli 2015

Kekeringan, Warga Pambotanjara Ambil Air Danau

WAINGAPU- Akibat musim kemarau dan kekeringan, warga Desa Pambotanjara, Kecamatan, Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, NTT, terpaksa menggunakan air dari rawa untuk kebutuhan hariannya.

Hal itu dilakukan karena sumber air yang lebih bersih, berada di kecamatan tetangga dan jauh dari desa mereka.

Warga datang ke rawa yang dikenal dengan nama Danau Wairinding itu dengan berjalan kaki atau menggunakan kuda tunggang. Selain datang mengambil air, warga juga membawa ternak mereka untuk minum dari air rawa yang tersisa.

Walau air telah nampak keruh bercampur lumpur, warga tetap mengambil air di tempat itu.

“Memang hitam ini air, tapi kalau didiamkan satu malam lumpurnya turun dan airnya bisa kita pakai minum,” jelas Ndilu, bocah berusia 12 tahun, saat ditemui ketika mengambil air bersama kuda tunggangnya, Selasa (11/9/2012) siang.

Air rawa yang telah bercampur lumpur dan mulai mengering ini, juga dimanfaatkan anak-anak dan pemuda setempat bermain dan mencari ikan dengan peralatan seadanya.

”Kalau pulang sekolah kita langsung datang ke sini tangkap ikan, kan kalau air mulai kering lkan lebih gampang didapat. Nanti bisa kami goreng atau bakar untuk dimakan,” tutur Lian (9), seorang anak perempuan yang ditemui ketika sedang memilih ikan untuk memasukan ke ember dari jaring ikan sederhana miliknya, terpisah.

Usai bermain dan mencari ikan, anak-anak juga membasuh tubuh mereka dengan air yang sama sebelum pulang ke rumah masing-masing. Bagi yang mampu membeli air, bisa membeli dari mobil tangki seharga Rp100 ribu hingga 150 ribu per tangkinya. (kem)

sumber: www.news.okezone.com

Ada Sumur Di Wairinding, Warga Hemat 150 Ribu Tiap Bulan

Waingapu – Sudah sekitar 6 bulan Keluarga Bapa Delfi di Dusun Kokarkarimbang, Desa Pambotanjara, Kecamatan Kota Waingapu Sumba Timur Nusa Tenggara Timur NTT tidak lagi membeli air dari truk tengki untuk kebutuhan keluarga.

Menurut Bapa Delfi Sabtu ( 10/05 ) biasanya sejak Juni sampai November dirinya membeli air setiap bulan 1 tengki air sekitar 3 ribu liter.

“Mulai dari bulan Juni beli air 1 tengki 150 ribu rupiah setiap bulan sampai masuk musim hujan, semua warga disini rata-rata beli air bahkan ada yang harus ke Kalela Makamenggit untuk mengambil air di mata air,” ujar Bapa Delfi.

Lanjut Bapa Delfi sejak sumur yang di gali di halaman rumahnya selesai dikerjakan oleh tim dari Radio Max FM Waingapu pada September 2013 lalu, warga sekitarnya tidak lagi membeli air dari truk tengki atau harus pergi sampai ke Kalela, warga cukup datang ke sumur setempat untuk menimba air dan tidak perlu membayar.

Tambah Bapa Delfi setiap hari warga sekitar datang menimba air sejak dini hari secara bergantian sampai jelang tengah malam.

Sebelumnya tidak pernah ada sumur di sekitar Kokarkarimbang Wairinding, untuk keperluan domestik warga setempat harus mengambil air ke Kalela Makamenggit yang jaraknya sekira 13 Km pergi, untuk sampai kesana warga harus jalan kaki atau menumpang kendaraan yang sedang lewat ke arah Barat sedangkan untuk pulangnya warga menunggu belas kasihan supir truk yang lewat ke arah sebaliknya yang mau memuat mereka kembali membawa pulang air paling banyak 20 jerigen, kadang gratis kadang harus membayar ongkos kepada supir truk, kalau tidak ada kendaraan yang lewat terpaksa harus menunggu kendaraan lain yang lewat hari berikutnya.

Sumur di halaman rumah Bapa Delfi di gali oleh tim dari Radio Max FM Waingapu didukung P3H Salatiga dan World Renew, digali secara manual menggunakan peralatatan seadanya seperti linggis dan betel.

Sumber: http://maxfmwaingapu.com

Desa Pambotanjara termasuk dalam 74 Desa Rawan Pangan di NTT

SUMBA TIMUR - Kekeringan dan rawan pangan yang menyerang Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), dikhawatirkan meluas. Hingga hari ini, instansi terkait masih memutakhirkan data.

“Data sementara memang 74 desa yang dilanda kekeringan dan rawan pangan, namun bukan mustahil data itu bisa bertambah, mengingat banyak desa yang hingga kini masih terus dilakukan pendataan oleh tim kabupaten. Beras bantuan cadangan dari Bulog telah kami salurkan, namun hanya bisa bertahan tak lebih dari sebulan,” urai Bupati Sumba Timur Gidion Mbilidjora, Kamis (15/9/2011).

Gidion menambahkan, bantuan pemerintah pusat sangat diperlukan karena ketersediaan dana APBD di pos tak terduga juga terbatas, tidak sampai Rp1 miliar.

Menurut data terakhir dari Badan Bimas dan Ketahanan Pangan, sebanyak 74 dari 140-an desa yang tersebar pada 22 kecamatan di Sumba Timur kondisi rawan pangan

Rawan pangan menimbulkan beban berat bagi masyarakat. Warga di selatan Kabupaten Sumba Timur misalnya harus mengonsumsi ubi hutan yang beracun atau biasa disebut Iwi.

Mereka harus benar-benar memilih bagian yang tidak beracun dan membersihkannya agar aman dikonsumsi. Proses pengolahan membutuhkan waktu hingga berhari-hari.

Lain lagi dengan warga di Wairinding, Desa Pambotanjara, Kecamatan Kota Waingapu. Mereka masuk ke rawa yang mengering untuk mencari sisa-sia ikan yang terperangkap akibat kehabisan air.(ton)

Sumber: ns1.kompas.web.id

Selasa, 14 Juli 2015

Anggaran Kelola Danau Wairinding, DPRD Tunggu Inisiatif Dinas Pariwisata

Waingapu - Danau Wairinding yang berlokasi di Desa Pambotanjara Kecamatan Kota dapat dikelola menjadi area pariwisata oleh pemerintah melalui instansi teknis yang bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Kelautan dan Perikanan. Namun hingga kini, danau tersebut masih dibiarkan telantar.

Menurut anggota Fraksi Partai Golkar (FPG) DPRD Sumba Timur, Anton Dida Djuka, danau yang luas itu bisa dijadikan lokasi pemancingan ikan air tawar setelah terlebih dahulu dikeruk endapan lumpur yang selama ini memicu kedangkalan.

Menurutnya, instansi teknis bisa mengajukan anggaran pembenahan danau Wairinding kepada DPRD Sumba Timur.

"Bisa saja kalau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata punya filing bahwa danau Wairinding dapat disulap menjadi lokasi pariwisata pemancingan ikan air tawar misalnya. Berapapun anggarannya selama anggaran yang diajukan tersebut bisa diargumentasikan dengan baik, DPRD tentu akan melegalisasinya," tandasnya.

Anton menegaskan, setelah menjadi lokasi pariwisata selain berimbas positif pada sisi pendapatan asli daerah (PAD) juga peningkatan ekonomi warga di sekitar danau Wairinding.

Hal senada disampaikan Wakil Ketua DPRD Sumba Timur, Amos Mandja Landupraing. Menurut Amos, Sumba Timur memiliki banyak potensi alam yang belum dikelola dengan baik. Dia lantas mengkritik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang belum mampu berbuat banyak terkait pemanfaatan potensi-potensi sektor kepariwisataan yang ada dan dimiliki Sumba Timur seperti wisata air terjun dan wisata bahari.

"Saya belum melihat upaya konkrit Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memanfaatkan dan menjual potensi-potensi kepariwisataan di Sumba Timur sehingga wilayah ini menjadi target kunjungan wisatawan," tandasnya seraya menambahkan, DPRD Sumba Timur tidak pernah menghalangi dan memangkas anggaran SKPD termasuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terkait pembenahan dan pengelolaan objek wisata.

Terpisah, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sumba Timur, Umbu Maramba Meha menjelaskan, di tahun 2014, pihaknya menganggarkan proyek pembangunan gapura di lokasi perkampungan adat raja Lewa-Kambera di Prailiu dan rumah lindung mata air kolam renang Matawai.

"Yang lolos dan diasistensi tim anggaran pemerintah untuk program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumba Timur tahun anggaran 2014 hanya dua, pembangunan gapura kampung adat raja Lewa-Kambera di Prailiu dan pembangunan rumah lindung mata air di kompleks kolam renang Matawai. Anggarannya juga minim masing-masing hanya sebanyak Rp 150 juta jadi totalnya sebesar Rp 300 juta," ujarnya.

Pihaknya juga menginginkan pembenahan objek-objek wisata lainnya, namun juga harus dipatutkan dengan ketersediaan anggaran APBD Sumba Timur yang terbatas.

"Sebenarnya untuk sektor pariwisata ini adalah investasi jangka panjang. Kita menanam tahun ini misalnya dengan membangun infrastruktur pendukung pada lima tahun mendatang kita sudah bisa memanen hasilnya," pungkasnya. (jun/ays)

Sumber: TIMEX