Hal itu dilakukan karena sumber air yang lebih bersih, berada di kecamatan tetangga dan jauh dari desa mereka.
Warga datang ke rawa yang dikenal dengan nama Danau Wairinding itu dengan berjalan kaki atau menggunakan kuda tunggang. Selain datang mengambil air, warga juga membawa ternak mereka untuk minum dari air rawa yang tersisa.
Walau air telah nampak keruh bercampur lumpur, warga tetap mengambil air di tempat itu.
“Memang hitam ini air, tapi kalau didiamkan satu malam lumpurnya turun dan airnya bisa kita pakai minum,” jelas Ndilu, bocah berusia 12 tahun, saat ditemui ketika mengambil air bersama kuda tunggangnya, Selasa (11/9/2012) siang.
Air rawa yang telah bercampur lumpur dan mulai mengering ini, juga dimanfaatkan anak-anak dan pemuda setempat bermain dan mencari ikan dengan peralatan seadanya.
”Kalau pulang sekolah kita langsung datang ke sini tangkap ikan, kan kalau air mulai kering lkan lebih gampang didapat. Nanti bisa kami goreng atau bakar untuk dimakan,” tutur Lian (9), seorang anak perempuan yang ditemui ketika sedang memilih ikan untuk memasukan ke ember dari jaring ikan sederhana miliknya, terpisah.
Usai bermain dan mencari ikan, anak-anak juga membasuh tubuh mereka dengan air yang sama sebelum pulang ke rumah masing-masing. Bagi yang mampu membeli air, bisa membeli dari mobil tangki seharga Rp100 ribu hingga 150 ribu per tangkinya. (kem)
sumber: www.news.okezone.com